Kehidupan Seorang Pedagang Beras yang Berhasil Menyekolahkan Anaknya Di tengah keramaian Pasar Rau Kota Serang, Tb Hasballah dikenal sebaga...

Kehidupan Seorang Pedagang Beras yang Berhasil Menyekolahkan Anaknya
Di tengah keramaian Pasar Rau Kota Serang, Tb Hasballah dikenal sebagai seorang pedagang beras yang telah berjualan selama lebih dari 15 tahun. Dengan ketekunan dan kesabaran, ia berhasil menjalani bisnisnya dengan baik, sambil juga memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ayah. Ia memiliki empat orang anak, dan salah satu kebanggaannya adalah melihat putra-putrinya lulus pendidikan sarjana.
Hasballah mulai berdagang beras pada tahun 2010, dan sejak saat itu ia terus berusaha mengembangkan usahanya. Dari hasil penjualan beras, ia mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga meraih gelar S1. Selain itu, ia juga memiliki lahan kebun durian dan ternak bebek yang menjadi tambahan penghasilan. Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak hanya fokus pada bisnis beras, tetapi juga mencari peluang lain untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.
"Saya sangat bersyukur, karena anak saya yang sudah lulus sarjana dua orang, itu semua berkat hasil dagang saya," ujarnya. "Sekarang salah satu anak sedang menyusun skripsi, sedangkan yang satunya lagi berada di pesantren. Semua biaya pendidikan itu berasal dari hasil usaha saya."
Meskipun dalam menjalani bisnisnya, Hasballah mengakui bahwa ada suka dan duka yang ia alami. Namun, ia selalu berusaha untuk menyikapinya dengan positif. Ia percaya bahwa sebagai seorang pedagang, harus memiliki sikap yang baik, termasuk menjalankan agama dengan taat.
"Setiap hari saya memulai pekerjaan dengan membaca bismillah dan menutupnya dengan alhamdulillah. Apapun yang terjadi di pasar, saya selalu bersyukur," kata Hasballah. "Jika kita tidak bersyukur, maka itu bisa dianggap sebagai bentuk kufur nikmat."
Ia menekankan pentingnya rasa syukur dalam setiap hasil yang diperoleh. Menurutnya, rasa syukur bukan hanya sekadar ucapan, tetapi juga tindakan nyata. Dari hasil penjualan beras, ia selalu menyisihkan sebagian untuk kebutuhan keluarga, terutama pendidikan anak-anaknya.
"Dari hasil dagang, kita jangan pernah mengkufur nikmat. Syukur itu datang dari usaha, dan itu disebut berkah. Bahkan jika hasilnya sedikit, itu tetap bisa menjadi berkah jika kita menyikapinya dengan benar," ujarnya.
Menurut Hasballah, berkah tidak perlu banyak, cukup dengan kebersyukuran. Jika hasilnya cukup besar, maka berkahnya akan lebih besar lagi. Yang terpenting adalah bagaimana kita menggunakannya dengan bijak dan penuh rasa syukur.
Dengan semangat dan keyakinan yang kuat, Tb Hasballah terus menjalani hidupnya sebagai pedagang beras. Ia tidak hanya menjaga bisnisnya, tetapi juga memberi contoh teladan bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya. Dengan begitu, ia membuktikan bahwa keberhasilan tidak hanya terlihat dari uang atau harta, tetapi juga dari kebahagiaan dan keberkahan yang diraih melalui usaha dan kesabaran.
COMMENTS