Latar Belakang dan Hubungan Awal Yai Mim dengan Tetangga Yai Mim, atau lengkapnya KH Imam Muslimin, adalah seorang ulama yang pernah menjad...

Latar Belakang dan Hubungan Awal Yai Mim dengan Tetangga
Yai Mim, atau lengkapnya KH Imam Muslimin, adalah seorang ulama yang pernah menjadi dosen di UIN Malang. Ia juga dikenal sebagai penghafal Al-Qur’an (ḥāfiẓ) dan memiliki sanad dari tiga guru ternama, yaitu Syekh Hanafi, Syekh Zuhri, dan Syekh Abdur Razak. Reputasinya sebagai tokoh agama membuatnya cukup dikenal di kawasan Malang.
Pada awalnya, hubungan antara Yai Mim dengan pasangan Sahara dan Sofwan berjalan baik. Mereka sering saling membantu, bahkan Yai Mim pernah memberikan bantuan berupa uang atau hadiah kepada keluarga tersebut. Sofwan disebut sebagai "The King of Kong" dan dianggap sebagai sahabat dekat oleh Yai Mim.
Namun, situasi mulai memburuk setelah muncul masalah parkir di depan rumah Yai Mim.
Awal Perselisihan: Masalah Parkir di Depan Rumah
Masalah ini dimulai pada 7 Agustus, saat mobil milik keluarga Sahara diparkir di depan pintu pagar rumah Yai Mim, menghalangi mobilnya keluar untuk mengisi pengajian subuh. Upaya membangunkan pemilik mobil tidak berhasil, sehingga kunci mobil diambil dan mobil dipindahkan.
Sahara membantah bahwa mobil diparkir “tepat di depan” pagar, melainkan “berhadapan” dengan rumah Yai Mim. Namun, Yai Mim menegaskan posisi mobil tetap mengganggu keluar-masuk kendaraan. Ketegangan meningkat ketika Sahara marah karena mobilnya dipindahkan tanpa izin. Pertengkaran juga melibatkan seorang sopir bernama Agil, yang disebut Yai Mim sempat mengeluarkan kata-kata kasar.
Mediasi yang Gagal dan Konflik yang Melebar
Meskipun terjadi permintaan maaf dari kedua pihak pada pagi hari itu, hubungan mereka tidak kunjung membaik. Konflik kemudian berkembang ke berbagai insiden:
- Pemasangan kandang kambing di tanah milik istri Yai Mim yang digunakan sebagai jalan akses ke rumahnya.
- Ketegangan dengan warga sekitar seperti Pak Yono dan anaknya Bagas, yang terekam dalam video saat keributan terjadi pada 7 September.
- Tuduhan adanya praktik santet dan perusakan sajadah yang digunakan Yai Mim untuk salat istikharah.
- Yai Mim mengaku merasa terancam hingga tidak berani pulang ke rumah pada hari kejadian. Ia juga menyebut pernah menjadi korban kekerasan fisik saat insiden di rumahnya.
Tuduhan Pelecehan terhadap Yai Mim
Salah satu isu yang paling menyita perhatian publik adalah tuduhan pelecehan verbal yang dilontarkan Sahara. Dalam wawancaranya, Sahara mengaku menerima komentar yang dianggap tidak pantas, seperti pujian terhadap aroma tubuhnya, hingga candaan yang menyinggung wilayah pribadi.
Yai Mim menolak semua tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai fitnah. Ia menegaskan dirinya adalah penghafal Al-Qur’an yang berpegang pada ajaran agama dan tidak mungkin melakukan perbuatan maksiat. Pihaknya telah menunjuk kuasa hukum, yaitu Agustian Andrian dan Abdul Basid, untuk menempuh jalur hukum atas tuduhan itu.
Isu Video Pribadi dan Dugaan Penyebaran oleh Orang Dekat
Kasus ini semakin ramai setelah muncul kabar adanya video pribadi di ponsel Yai Mim. Ia mengklarifikasi bahwa video itu adalah dokumentasi pribadi dengan istrinya dan tidak pernah disebarkan olehnya. Yai Mim menuduh pihak lain yang sempat membawa ponselnya—termasuk Agil—telah mengakses dan menyebarkan isi ponsel tersebut tanpa izin.
Menurut Yai Mim, video itu bahkan pernah dibawa hingga ke Madura ketika istrinya menunaikan ibadah haji. Ia merasa menjadi korban penyalahgunaan privasi.
Konflik Tanah dan Dugaan Santet
Selain masalah sosial dan hukum, konflik ini juga merambah ke isu spiritual. Yai Mim mengaku melihat tanda-tanda praktik santet yang dilakukan pihak lawan, termasuk ditemukannya air berisi kotoran manusia di dekat rumahnya. Ia bahkan sempat melakukan aksi dramatik berpura-pura terkena stroke saat mediasi untuk menunjukkan kebodohan mempercayai santet.
Namun, tuduhan tersebut belum pernah dibuktikan secara hukum atau ilmiah. Banyak pihak menganggap pernyataan itu bagian dari drama konflik yang memanas.
Anak-Anak Yai Mim
Seiring viralnya kasus ini, publik mulai mencari tahu tentang keluarga dan anak-anak Yai Mim. Beberapa nama disebutkan di media sosial, namun sejauh ini tidak ada bukti bahwa anak-anaknya terlibat langsung dalam konflik dengan Sahara dan Sofwan. Yai Mim menegaskan keluarganya, termasuk anak-anaknya, tidak terkait dengan tuduhan maupun keributan tersebut.
Anak pertama yang disebut-sebut adalah Ning Manara Qudsyia, anak ke-4 Yai Mim. Ia pernah menyandang gelar S.Psi (Sarjana Psikologi). Kabar beredar, Ning Manara telah meninggal dunia pada 16 Agustus 2021. Kabar tersebut muncul kembali setelah viralnya kasus antara Yai Mim dan Sahara, ketika muncul karangan bunga ucapan duka cita atas namanya.
Anak lain yang juga disebut-sebut adalah Lukman, yang di media lokal dikatakan sebagai anak ketiga. Ia disebut aktif dalam beberapa kegiatan keagamaan, dengan kabar bahwa Lukman tinggal di Tegal dan memiliki santri sejumlah ribuan. Meskipun demikian, belum ada penjelasan publik yang mendalam mengenai keterlibatan langsung Lukman dalam perseteruan dengan Sahara.
Proses Hukum dan Harapan Penyelesaian
Kasus antara Yai Mim dengan Sahara dan Sofwan kini telah memasuki ranah hukum. Kedua pihak melibatkan pengacara dan melaporkan berbagai dugaan pelanggaran mulai dari fitnah, perusakan, hingga dugaan pelecehan.
Masyarakat berharap proses hukum dapat berjalan transparan sehingga kebenaran terungkap. Banyak pihak menilai, sebagai tokoh agama dan publik, Yai Mim diharapkan dapat menjaga marwahnya. Sementara itu, Sahara dan Sofwan diminta menghadapi proses hukum dengan bukti yang jelas.
COMMENTS