Penanganan Kasus Penganiayaan oleh Bripda Satya di Surabaya Pengaduan terhadap tindakan penganiayaan yang dilakukan oleh seorang anggota po...
Penanganan Kasus Penganiayaan oleh Bripda Satya di Surabaya
Pengaduan terhadap tindakan penganiayaan yang dilakukan oleh seorang anggota polisi, Bripda Satya, terus berlangsung di Bidang Profesi dan Pengamanan (PROPRAM) Polda Jawa Timur. Korban dari kejadian ini adalah dua pelajar, yaitu VSL (15 tahun) dan FO (15 tahun), yang berasal dari Kedinding, Kota Surabaya.
Tindak lanjut dari pihak PROPRAM Polda Jawa Timur dalam menangani kasus dugaan penganiayaan tersebut dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap korban berinisial VSL bersama ibunya, Rita Astari (48 tahun). Keduanya hadir di ruang pemeriksaan Unit 2 Subbid Paminal Bidpropram Polda Jawa Timur, didampingi oleh Advokat Dodik Firmansyah, S.H., sebagai kuasa hukumnya, pada Senin siang, 6 Oktober 2025.
Dalam pantauan media, Rita Astari dan anaknya beserta Dodik Firmansyah masuk ke ruang pemeriksaan Unit 2 Subbid Paminal Bidpropram Polda Jawa Timur pada Senin (6/10/2025) sekitar pukul 13.15 WIB. Mereka membawa beberapa dokumen sebagai bukti dari dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh Bripda Satya.
Setelah kurang lebih 3 jam di ruang pemeriksaan, sekitar jam 16.00 WIB, Rita Astari dan anaknya (VSL) beserta Dodik Firmansyah keluar dari ruangan. Saat dimintai tanggapannya oleh wartawan, Rita Astari hanya menyampaikan pernyataan singkat, “Kami ingin pelaku dihukum yang setimpal dengan perbuatannya. Anak saya sampai sekarang masih trauma sejak kejadian itu”.
Lebih lanjut, Rita Astari menyerahkan sepenuhnya pendampingan hukum atas kasus tersebut kepada Dodik Firmansyah selaku kuasa hukumnya. Di saat yang sama, Dodik Firmansyah mengucapkan terima kasih kepada penyelidik Bid Propram Polda Jawa Timur khususnya di Unit 2 Subbid Paminal yang aktif berkomunikasi dengannya dalam penanganan kasus dugaan penganiayaan yang dialami oleh putra dari kliennya.
“Kami harap dari kasus ini, Teradu yakni Bripda S, bisa diberi sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku. Jika bisa, dipecat dari Polri karena sudah mencoreng nama institusi Polri,” ujar Dodik Firmansyah.
Dodik Firmansyah juga memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Tim Unit 2 Subbid Paminal Bidpropram Polda Jawa Timur. Ia yakin bahwa Bid Propram Polda Jawa Timur mampu menuntaskan laporan kliennya dengan tuntas dan berkeadilan.
Ipda Dwi Setyawan, Panit 2 Subbid Paminal Bidpropram Polda Jawa Timur, belum memberikan jawaban saat dihubungi melalui sambungan seluler.
Kronologi Kejadian Penganiayaan
Bripda Satya dilaporkan oleh Rita Astari ke Bid Propram Polda Jawa Timur atas dugaan penganiayaan terhadap anaknya, VSL, dan teman anaknya, FO. Kejadian dugaan penganiayaan tersebut terjadi pada Kamis, 21 Agustus 2025, sekitar pukul 19.00 WIB, di Bulak Banteng Baru Gang Cempaka, Kelurahan Bulak Banteng, Kecamatan Kenjeran, Kota Surabaya. Akibat kejadian tersebut, VSL mengalami lebam dan luka-luka.
Kronologi kejadian bermula ketika VSL berangkat dari Jalan Kedinding (Kota Surabaya) untuk mengambil perlengkapan drum band di rumah temannya di Kelurahan Bulak Banteng. VSL berboncengan dengan FO mengendarai motor Honda Scoopy warna merah. Dari belakang, dua orang temannya berboncengan mengendarai motor GL Max.
Saat tiba di Bulak Banteng Baru Gang Cempaka dan hendak belok kanan, VSL berpas-pasan dengan oknum Polisi bernama Bripda Satya alias Yaya. Bripda Satya naik kendaraan Scoopy warna hijau dibonceng oleh temannya.
Bripda Satya kemudian menegur VSL yang dianggap melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Padahal, VSL berkendara pelan-pelan. Saat ditegur, VSL menjawab, "Sapurane nek aku salah."
Permintaan maaf itu membuat Bripda Satya tersulut emosinya. Ia turun dari motornya lalu melampiaskan amarahnya dengan memukul VSL menggunakan tangan kosong. VSL juga ditendang. Selain VSL, FO juga tidak luput dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Bripda Satya.
Tindakan pemukulan berhenti setelah dilerai oleh temannya Bripda Satya. Setelah puas melampiaskan amarah, Bripda Satya beranjak pergi meninggalkan VSL. VSL yang babak belur dihajar Bripda Satya terkulai lemah tak berdaya. Kemudian dia dibawa pulang oleh temannya.
Saat tiba di rumahnya, VSL tidak langsung bercerita ke orang tuanya tentang kejadian penganiayaan yang dialaminya. Rita Astari baru mengetahui penganiayaan tersebut pada Jumat pagi, 22 Agustus 2025, setelah diberitahu oleh VSL.
VSL mengakui kepada ibunya bahwa ia dipukuli di kepalanya sebanyak tiga kali oleh orang tak dikenal di Bulak Banteng Baru Gang Cempaka. Mendapat pengakuan itu, Rita Astari menghubungi Ketua RT untuk mencari identitas terduga pelaku.
Ketua RT kemudian mengecek kamera pengawas lingkungan (CCTV) dan menemukan adanya kejadian dugaan penganiayaan pada Kamis, 21 Agustus 2025, sekitar pukul 19.00 WIB. Dari rekaman CCTV, diketahui bahwa terduga pelaku adalah Bripda Satya yang berdinas di Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jawa Timur.
Tidak terima anaknya dianiaya, Rita Astari kemudian melapor ke Bid Propram Polda Jawa Timur pada Rabu siang, 27 Agustus 2025. Rita Astari datang ke Bidpropram Polda Jatim bersama anaknya yang menjadi korban penganiayaan, VSL (15 tahun). Turut serta dalam laporan tersebut adalah korban lainnya, yaitu FO (15 tahun), didampingi oleh Dodik Firmansyah dan Advokat Sukardi.
COMMENTS