Ratusan Anak Yatim Gaza Jadi Hafidz di Tengah Perang Israel

Anak-anak Yatim di Gaza Menjadi Hafidz Alquran Meski Menghadapi Kesulitan Di tengah perang yang berlangsung selama dua tahun, ratusan anak-...

Anak-anak Yatim di Gaza Menjadi Hafidz Alquran Meski Menghadapi Kesulitan

Di tengah perang yang berlangsung selama dua tahun, ratusan anak-anak yatim piatu di wilayah Gaza berhasil menjadi hafidz dan hafidzah Alquran. Mereka belajar menghafal kitab suci di dalam tenda-tenda pengungsian yang menjadi tempat tinggal mereka setelah rumah-rumah mereka hancur akibat serangan brutal. Proses ini menunjukkan kekuatan dan ketahanan mental serta spiritual dari para anak-anak Palestina yang terus berjuang meskipun hidupnya penuh dengan kesedihan.

Upacara wisuda hafidz Alquran dilaksanakan pada hari Kamis di Kamp Yatim Piatu Al-Baraka di daerah Al-Mawasi, sebelah barat Khan Younis, Gaza selatan. Sebanyak 600 anak yang ayahnya gugur dalam konflik ini diberikan penghargaan karena telah mampu menghafal sebagian atau seluruh isi Alquran. Acara ini diadakan dalam suasana yang penuh haru dan penuh semangat, menunjukkan betapa pentingnya pendidikan agama bagi generasi muda di tengah situasi sulit.

Salah satu pengawas program hafalan Alquran, Nidaa Shalayel, menyampaikan pengalamannya. Ia menceritakan bahwa suaminya, dua putranya, dan tiga cucunya syahid dalam perang. Rumah keluarganya juga hancur total. Namun, ia tetap berusaha membuktikan bahwa cara terbaik untuk bertahan adalah melalui hafalan Alquran. Ia menjelaskan bahwa selama perang, lingkaran penghafal Alquran dibentuk di kamp-kamp yatim piatu Al-Baraka, yang terdiri dari tujuh kamp di Gaza selatan. Setiap kamp memiliki kelompok penghafal Alquran, baik yang menghafal seluruh kitab suci maupun hanya sebagian.

Anak-anak yatim dan yatim piatu ini memang harus menghadapi kondisi yang sangat keras. Namun, mereka mampu mengatasi kesulitan tersebut dan membuktikan bahwa rakyat Palestina mampu melawan segala rintangan. Kekuatan mereka tidak hanya terlihat dari kemampuan menghafal Alquran, tetapi juga dari semangat dan tekad yang luar biasa.

Shahd Sbeita, seorang gadis kecil yang ayahnya dibunuh oleh pasukan Israel selama perang, menceritakan pengalamannya. Ia mengatakan bahwa ia mulai menghafal Alquran saat perang pecah, tetapi harus berhenti karena situasi yang tidak aman. Setelah perang berakhir, ia kembali bergabung dalam lingkaran hafalan. Dengan semangat, ia berharap dapat menyelesaikan seluruh Alquran. Di akhir pidatonya, ia mengajak dunia untuk menyelamatkan Gaza dan tidak melupakan anak-anak Gaza yang masih berjuang.

Menurut data dari Kementerian Pembangunan Sosial di Gaza, sekitar 40.000 anak-anak Palestina telah kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya akibat agresi yang terjadi. Banyak dari mereka menjadi satu-satunya anggota keluarga yang selamat setelah serangan yang terus-menerus dilakukan selama dua tahun. Kementerian Kesehatan juga melaporkan bahwa jumlah korban jiwa akibat serangan Israel telah mencapai 68.280 orang syahid dan 170.375 orang luka-luka sejak 7 Oktober 2023.

Dari semua kisah ini, terlihat bahwa anak-anak Gaza tidak hanya bertahan, tetapi juga berusaha membangun masa depan melalui pendidikan dan nilai-nilai agama. Mereka menjadi contoh nyata tentang ketangguhan dan semangat yang tak pernah padam meski hidupnya penuh tantangan.