Gagal Panen Akibat Tikus, Petani Wangon Hanya Selamatkan 5 Persen Jagung

Petani Banyumas Kehilangan Hasil Panen Akibat Serangan Hama Tikus Seorang petani asal Desa Randegan, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, ...

Petani Banyumas Kehilangan Hasil Panen Akibat Serangan Hama Tikus

Seorang petani asal Desa Randegan, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mengalami kekecewaan besar setelah tanaman jagung yang ditanamnya rusak akibat serangan hama tikus. Nama petani tersebut adalah Sarman, yang sebelumnya berharap bisa memperoleh hasil panen yang baik dari lahan seluas dua hektare.

Tanaman jagung varietas Sumo Sakti yang ditanam oleh Sarman mulai menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan yang baik. Namun, pada malam hari, ketika tanaman sedang berbunga, serangan hama tikus terjadi secara masif dan merusak hampir seluruh tanaman. Hal ini menyebabkan kerugian besar bagi petani yang telah berusaha menjalankan program ketahanan pangan secara mandiri.

“Saya dengar instruksi dari Presiden untuk program ketahanan pangan. Karena itu, saya menanam jagung di lahan kosong sekitar dua hektare,” kata Sarman saat ditemui di lokasi kejadian, hari Sabtu 8 November 2025.

Namun, serangan hama tikus yang datang dalam jumlah besar membuat hampir seluruh tanaman rusak. Menurut Sarman, hanya tersisa sekitar dua hingga lima persen tanaman yang masih bisa dipanen. Sisanya sudah habis dimakan tikus atau rusak karena terkena air hujan.

Kerugian yang dialami oleh Sarman tidak hanya berupa kehilangan hasil panen, tetapi juga kekecewaan yang mendalam. Ia mengaku mencabuti sebagian tanaman yang mati dan membakarnya, sementara sisanya diberikan kepada peternak sebagai pakan ternak.

Jagung yang seharusnya dapat dipanen dalam waktu sekitar 80 hari kini hanya menyisakan rasa kecewa dan kerugian finansial. Program ketahanan pangan yang dijalankan secara swadaya oleh Sarman akhirnya gagal total.

Ia berharap pemerintah melalui dinas terkait dapat memberikan pendampingan dan pengendalian hama yang lebih maksimal agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. “Kalau ada bimbingan atau penyemprotan dari pihak dinas, mungkin bisa tertolong. Kami petani butuh pendampingan supaya tidak terus rugi,” ujarnya.

Serangan hama tikus memang menjadi ancaman serius bagi para petani di wilayah selatan Banyumas. Faktor cuaca lembab dan area persawahan yang berdekatan dengan lahan kosong menjadi pemicu berkembangnya populasi tikus di musim tanam kali ini.

Meski demikian, hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari Dinas terkait. Para petani seperti Sarman terus berharap adanya intervensi yang lebih cepat dan efektif dari pihak pemerintah agar kondisi serupa tidak terulang lagi di masa mendatang.