Petani Aceh Tengah Manfaatkan Sekam dan Kotoran untuk Pupuk Organik

Inovasi Petani Aceh Tengah dalam Mengembangkan Pupuk Organik Di Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, para petani kini menunjukkan inovas...

Inovasi Petani Aceh Tengah dalam Mengembangkan Pupuk Organik

Di Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, para petani kini menunjukkan inovasi yang luar biasa dalam menjaga kesuburan tanah sekaligus mengurangi biaya produksi pertanian. Mereka mengembangkan pupuk organik untuk tanaman cabai, yang menjadi komoditas utama daerah ini. Dengan memanfaatkan bahan-bahan alami seperti sekam padi, kotoran ayam, dan kotoran kambing, mereka berhasil menciptakan solusi yang ramah lingkungan dan ekonomis.

Pupuk organik ini dibuat melalui proses fermentasi selama enam bulan. Proses ini tidak hanya membantu meningkatkan kualitas tanah, tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang bagi keberlanjutan pertanian. Bahan-bahan dasar yang digunakan mudah ditemukan di sekitar wilayah, sehingga membuat penggunaan pupuk ini lebih hemat dan terjangkau.

Peran Abdul Wahid dalam Pengembangan Pupuk Organik

Abdul Wahid, Reje Desa Jaluk sekaligus Ketua Forum Reje, menjadi sosok utama di balik inisiatif ini. Ia menyatakan bahwa penggunaan sekam padi sebagai bahan utama sangat efektif dalam menggemburkan tanah dan meningkatkan kesuburannya. Selain itu, ia juga menggabungkan kotoran ternak seperti ayam dan kambing untuk memperkaya nutrisi pada pupuk tersebut.

Proses pembuatan pupuk ini cukup sederhana, namun memerlukan ketekunan dan kesabaran. Berikut langkah-langkahnya:

• Menggabungkan sekam padi dengan kotoran ayam dan kambing.
• Memasukkan campuran tersebut ke dalam wadah tertutup rapat.
• Menunggu selama enam bulan hingga terjadi proses fermentasi.
• Setelah masa fermentasi selesai, pupuk siap digunakan.

Menurut Abdul Wahid, pupuk hasil fermentasi ini memiliki kualitas yang baik dan mampu meningkatkan hasil panen tanaman cabai. Selain itu, penggunaan pupuk organik ini juga membantu mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang sering kali mahal dan berdampak negatif terhadap lingkungan.

Pola Tanam Tumpangsari yang Efisien

Selain mengembangkan pupuk organik, Abdul Wahid juga menerapkan pola tanam tumpangsari. Dalam hal ini, ia menanam kopi Gayo di antara tanaman cabai. Ini merupakan strategi yang cerdas dalam mengoptimalkan penggunaan lahan pertanian. Dengan demikian, petani dapat memperoleh dua jenis hasil pertanian sekaligus, yaitu cabai dan kopi.

Pola tanam ini diharapkan mampu meningkatkan pendapatan petani serta mempertahankan kualitas tanah. Selain itu, penanaman kopi Gayo juga memberikan nilai tambah karena kopi ini merupakan salah satu produk unggulan Aceh Tengah.

Keuntungan dan Potensi Masa Depan

Inovasi ini tidak hanya bermanfaat bagi petani setempat, tetapi juga sejalan dengan proyeksi pemerintah setempat. Kabupaten Aceh Tengah diproyeksikan akan mencatat surplus produksi cabai hingga 54.000 ton pada bulan Desember 2025 mendatang. Oleh karena itu, penggunaan pupuk organik yang mandiri sangat strategis dalam menjaga kualitas produksi dan menjaga keberlanjutan lingkungan.

Dengan adanya inovasi seperti ini, diharapkan para petani dapat lebih mandiri dalam menjalankan usaha pertanian mereka. Selain itu, inovasi ini juga bisa menjadi contoh bagi daerah-daerah lain yang ingin mengembangkan metode bertani yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.